Terbang Genjring, yaitu kesenian musik tradisional berbasis rebana yang berkembang sejak masa awal penyebaran Islam. Kesenian ini bukan sekadar hiburan, melainkan juga sarana dakwah, pendidikan moral, dan pengikat sosial masyarakat Brebes.

Baca juga : Millonarios Fútbol Klub Besar Bogotá
Baca juga : Melly Goeslaw Ratu Soundtrack Indonesia
Baca juga : Bahlil Lahadalia kontroversi Menteri ESDM
Baca juga : Media Alami Kreativitas Anak Bermain Tanah
Baca juga : Kebun Binatang Belajar Bermain Anak
Baca juga : Pemanfaatan Kotoran Hewan Sumber Daya Bernila
Dalam kehidupan masyarakat Brebes, terutama di pedesaan, Terbang Genjring menjadi bagian tak terpisahkan dari berbagai acara adat, keagamaan, maupun sosial. Suara khas rebana yang dimainkan secara berirama, berpadu dengan lantunan shalawat dan pujian kepada Nabi Muhammad SAW, menjadikan suasana pertunjukan terasa sakral sekaligus meriah.
Asal-Usul dan Sejarah
Kesenian Terbang Genjring diyakini muncul bersamaan dengan masuknya Islam ke wilayah Brebes pada abad ke-15 hingga 16. Para wali, kiai, dan ulama yang menyebarkan Islam menggunakan rebana sebagai media dakwah. Instrumen rebana dianggap efektif karena mudah dimainkan, memiliki irama yang menggugah, serta cocok mengiringi lantunan syair-syair religius.
Istilah terbang merujuk pada jenis rebana besar dengan suara bulat dan dalam, sedangkan genjring berasal dari bunyi khas “jring-jring” yang muncul ketika rebana dipukul berirama cepat. Dari sinilah lahir nama Terbang Genjring, yang kemudian menjadi identitas kesenian rakyat Brebes.
Awalnya, Terbang Genjring hanya dimainkan di pesantren atau masjid pada acara keagamaan, seperti peringatan Maulid Nabi, Isra Mi’raj, atau kegiatan rutin pengajian. Namun, seiring perkembangan, kesenian ini juga digunakan untuk meramaikan hajatan rakyat, seperti khitanan, pernikahan, hingga syukuran panen. Dengan demikian, Terbang Genjring memiliki fungsi ganda: dakwah sekaligus hiburan rakyat.
Instrumen dan Unsur Musik
Kesenian Terbang Genjring memiliki susunan instrumen khas yang membedakannya dari seni rebana lain di Jawa. Beberapa alat utama yang digunakan antara lain:

http://www.hobokendive.com
- Rebana besar (terbang)
- Diameter bisa mencapai 60–80 cm.
- Suaranya dalam dan berfungsi sebagai penentu tempo.
- Genjring
- Rebana berukuran kecil hingga sedang.
- Memberikan variasi ritme dengan ketukan cepat.
- Kendang (opsional)
- Tidak selalu ada, tetapi dalam beberapa kelompok ditambahkan untuk memperkaya irama.
- Kecrek atau simbal kecil
- Dipukul untuk memberi aksen pada ketukan tertentu.
- Vokal
- Terdiri atas seorang vokalis utama dan paduan suara anggota lainnya.
- Membawakan syair-syair Islami dalam bahasa Arab, Jawa, atau kombinasi keduanya.
Musik yang dihasilkan bercirikan irama repetitif dengan ketukan cepat, tetapi tetap ritmis dan harmonis. Perpaduan bunyi rebana besar dan kecil menciptakan suasana semarak, sementara lantunan shalawat memberikan kesan religius.
Repertoar Lagu
Syair yang dibawakan dalam Terbang Genjring umumnya berupa:
- Shalawat Nabi → pujian kepada Rasulullah.
- Qasidah → syair Islami dengan pesan moral.
- Dzikir dan doa → lantunan tasbih, tahmid, dan takbir.
- Syair Jawa-Islami → kombinasi bahasa Jawa dengan nuansa dakwah, agar lebih mudah dipahami masyarakat pedesaan.
Repertoar ini tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai sarana pendidikan spiritual bagi masyarakat, terutama generasi muda.
Fungsi Sosial dan Budaya
Kehadiran Terbang Genjring dalam kehidupan masyarakat Brebes sangat penting, karena memiliki berbagai fungsi:

http://www.hobokendive.com/
- Fungsi Keagamaan
Terbang Genjring erat kaitannya dengan kegiatan Islam, seperti peringatan Maulid Nabi, Rajaban, atau kegiatan rutin pengajian. Syair-syair yang dilantunkan memperkuat kecintaan umat kepada Allah dan Rasul-Nya. - Fungsi Adat dan Sosial
- Digunakan dalam hajatan seperti pernikahan, khitanan, dan sedekah bumi.
- Menjadi sarana hiburan kolektif yang mempererat kebersamaan.
- Melambangkan gotong royong karena dimainkan secara berkelompok.
- Fungsi Pendidikan
- Menanamkan nilai religius kepada generasi muda.
- Mengajarkan disiplin dan kekompakan melalui permainan rebana.
- Menjadi media belajar seni musik tradisional berbasis Islam.
- Fungsi Identitas Budaya
- Menjadi ciri khas Brebes yang membedakannya dari daerah lain.
- Menggambarkan perpaduan budaya Jawa dan Islam yang harmonis.
Prosesi Pertunjukan
Dalam sebuah pertunjukan Terbang Genjring, biasanya ada alur tertentu:
- Pembukaan → diawali dengan salam, doa, atau pembacaan ayat suci Al-Qur’an.
- Lantunan shalawat → dibawakan secara berulang dengan variasi tempo.
- Repertoar utama → berupa qasidah dan syair Islami.
- Interaksi dengan penonton → terkadang diselingi doa bersama atau seruan dakwah.
- Penutup → ditandai dengan shalawat penutup dan doa keselamatan.
Pertunjukan bisa berlangsung 1–3 jam, tergantung acara dan jumlah lagu yang dimainkan. Dalam hajatan besar, kelompok Terbang Genjring bisa tampil hingga larut malam.
Nilai Filosofis
Di balik kesederhanaannya, Terbang Genjring menyimpan nilai filosofis mendalam:
- Religius → mengingatkan manusia untuk selalu dekat dengan Allah.
- Kebersamaan → rebana hanya bisa menghasilkan harmoni jika dimainkan bersama-sama.
- Kesederhanaan → alat musik sederhana tetapi mampu memberikan hiburan bermakna.
- Gotong royong → mencerminkan budaya Jawa yang menjunjung tinggi kebersamaan.
Perkembangan dan Modernisasi

Seiring perkembangan zaman, kesenian tradisional menghadapi tantangan besar. Terbang Genjring tidak luput dari arus modernisasi, namun beberapa langkah pelestarian telah dilakukan:
- Festival budaya Brebes → sering menampilkan grup Terbang Genjring.
- Pelatihan generasi muda → dilakukan oleh sanggar seni dan pesantren.
- Inovasi musik → sebagian kelompok menambahkan alat modern (gitar, bass, keyboard) agar lebih menarik.
- Digitalisasi → penampilan direkam dan dibagikan di media sosial untuk menjangkau audiens luas.
Walau demikian, sebagian seniman berusaha tetap mempertahankan keaslian agar nilai tradisi tidak hilang.
Tantangan Pelestarian
Beberapa kendala yang dihadapi antara lain:
- Minat generasi muda menurun karena lebih tertarik pada musik modern.
- Kurangnya dukungan dana dari pemerintah maupun masyarakat.
- Persaingan dengan hiburan modern seperti organ tunggal atau musik dangdut.
- Kurangnya dokumentasi yang memadai mengenai sejarah dan repertoar asli.
Jika tidak ada upaya serius, dikhawatirkan Terbang Genjring akan semakin jarang dimainkan dan berpotensi hilang ditelan zaman.
Upaya Pelestarian
Untuk menjaga keberlanjutan kesenian ini, beberapa langkah bisa dilakukan:

- Pendidikan budaya → memasukkan Terbang Genjring dalam kurikulum muatan lokal sekolah.
- Festival rutin → mengadakan lomba atau pentas tahunan untuk menarik minat masyarakat.
- Kolaborasi seniman muda → menggabungkan unsur modern tanpa menghilangkan identitas asli.
- Dukungan pemerintah → menyediakan bantuan alat musik, dana pembinaan, dan ruang pertunjukan.
- Digitalisasi arsip → mendokumentasikan lirik, syair, dan video pertunjukan agar dapat dipelajari generasi berikutnya.
Terbang Genjring bukan sekadar musik rebana, tetapi sebuah simbol perpaduan budaya Islam dan tradisi Jawa di Brebes. Kesenian ini telah menjadi media dakwah, hiburan, sekaligus perekat sosial masyarakat selama berabad-abad. Dengan menjaga kelestarian Terbang Genjring, masyarakat Brebes tidak hanya mempertahankan identitas budaya, tetapi juga mewariskan nilai-nilai religius, kebersamaan, dan gotong royong kepada generasi mendatang.
Dalam dunia modern yang serba cepat, Terbang Genjring mengingatkan kita bahwa harmoni, kebersamaan, dan spiritualitas adalah fondasi penting dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, pelestarian kesenian ini menjadi tanggung jawab bersama, agar tetap hidup, berkembang, dan terus bergema dari desa-desa di Brebes hingga ke panggung budaya nasional.