
ota Kendari, sebagai ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara, bukan hanya pusat pemerintahan dan ekonomi, tetapi juga menjadi tempat di mana beragam budaya bertemu.
Baca juga : Atlético Nacional Raksasa Hijau Medellín
Baca juga : Gaya Hidup Dian Sastrowardoyo Karier Keluarga
Baca juga : Club Atlético Independiente Rey de Copas Argentina
Baca juga : wisata Patagonia Keajaiban Alam
Baca juga : Biografi Profesional Emil Elestianto Dardak
Salah satu tradisi adat yang masih bertahan hingga kini adalah Mombesara. Bagi masyarakat Tolaki, Mombesara bukan sekadar upacara seremonial, melainkan sebuah warisan budaya yang sarat nilai, simbol, dan filosofi.
Upacara ini memiliki kedudukan penting karena mengatur mekanisme sosial, kepemimpinan, dan tata krama dalam masyarakat adat Tolaki. Mombesara bukan hanya berbicara tentang pelantikan pejabat adat, tetapi juga mencerminkan bagaimana sebuah komunitas menjunjung tinggi persatuan, penghormatan, dan keberlanjutan nilai leluhur.
Asal-usul dan Sejarah Mombesara
Untuk memahami Mombesara, kita harus melihat kembali sejarah masyarakat Tolaki.

http://www.hobokendive.com
- Kerajaan Mekongga
Sebelum masuknya pengaruh kolonial Belanda, wilayah Kendari dan sekitarnya berada dalam kekuasaan Kerajaan Mekongga. Kerajaan ini menganut sistem adat Sara’, yaitu hukum adat Tolaki yang mengatur semua aspek kehidupan masyarakat: mulai dari perkawinan, pembagian warisan, hingga pelantikan pejabat adat. - Makna Kata “Mombesara”
- Mo- dalam bahasa Tolaki berarti melakukan sesuatu.
- Besara berarti pemimpin, tokoh adat, atau orang yang dihormati.
Jadi, Mombesara secara harfiah berarti melakukan prosesi bagi seorang pemimpin atau tokoh adat.
- Fungsi Awal
Pada masa lalu, Mombesara difokuskan pada pengukuhan kepala adat atau pemimpin baru. Namun, seiring waktu, upacara ini juga digunakan untuk penyambutan tamu agung, seperti pejabat kerajaan tetangga, tokoh politik, hingga tamu negara di era modern.
Waktu dan Alasan Pelaksanaan
Upacara Mombesara tidak dilakukan setiap saat. Ada kondisi tertentu yang menjadi alasan pelaksanaannya:
- Pengangkatan Kepala Adat (Mosalaki)
Ketika seorang pemimpin adat baru diangkat, Mombesara digelar sebagai bentuk legitimasi adat. - Penyambutan Tamu Kehormatan
Jika ada raja, pejabat penting, atau tokoh dari luar yang berkunjung, Mombesara dijadikan simbol penghormatan. - Acara Adat Besar
Misalnya pada peringatan hari-hari besar kebudayaan, festival daerah, atau perayaan HUT Kendari. - Rekonsiliasi Sosial
Dalam beberapa kasus, Mombesara juga digunakan sebagai sarana untuk memperkuat persatuan setelah konflik antarwarga.
Rangkaian Prosesi Mombesara
Mombesara merupakan upacara besar yang terdiri atas beberapa tahap. Setiap tahap memiliki makna dan aturan tersendiri.

1. Persiapan Adat
- Musyawarah Sara’
Tokoh adat berkumpul untuk menentukan tata cara, waktu, dan tempat pelaksanaan. - Penyediaan Perlengkapan
Disiapkan perlengkapan seperti gong, gendang, pakaian adat, makanan tradisional, serta simbol adat berupa tongkat dan ikat kepala.
2. Penyambutan Tamu
- Tamu kehormatan atau tokoh adat yang akan dilantik disambut dengan Tari Lulo.
- Masyarakat berbaris rapi, perempuan biasanya membawa dulang berisi sirih pinang sebagai simbol penghormatan.
3. Pembacaan Doa dan Petuah
- Tokoh adat senior membuka acara dengan doa kepada Tuhan agar prosesi berjalan lancar.
- Dilanjutkan dengan Kabesaramo, yaitu nasihat adat yang berisi ajaran moral, etika kepemimpinan, dan tanggung jawab seorang pemimpin.
4. Pemasangan Simbol Adat
- Tokoh yang dilantik diberi atribut adat:
- Pongko (ikat kepala khas Tolaki) melambangkan kebijaksanaan.
- Tongkat adat melambangkan kekuatan dan kewibawaan.
- Kain adat melambangkan kemuliaan dan tanggung jawab.
5. Jamuan Makanan Tradisional
- Hidangan utama adalah Sinonggi, makanan khas Tolaki berbahan dasar sagu.
- Disajikan pula ikan laut, kasubi (ubi kayu), dan kue tradisional seperti karasi.
- Jamuan ini bukan hanya makan bersama, tetapi juga simbol mombuluu (persaudaraan).
6. Penutup
- Upacara ditutup dengan doa bersama.
- Dilanjutkan dengan tarian massal Lulo sebagai simbol kegembiraan dan kebersamaan.
Simbolisme dalam Mombesara
Setiap unsur dalam Mombesara memiliki arti mendalam.
- Tari Lulo
Simbol persatuan. Semua orang berpegangan tangan dalam lingkaran, menunjukkan bahwa masyarakat Tolaki setara. - Pongko (Ikat Kepala)
Melambangkan bahwa seorang pemimpin harus berpikir jernih dan bijaksana. - Tongkat Adat
Simbol kekuasaan yang bukan untuk menindas, melainkan untuk melindungi rakyat. - Jamuan Makanan
Melambangkan kebersamaan, di mana semua orang mendapat bagian yang sama.
Makna Filosofis Mombesara

- Legitimasi: Pemimpin adat memperoleh pengakuan sah dari masyarakat.
- Persatuan: Semua elemen masyarakat ikut serta, tanpa memandang status sosial.
- Penghormatan: Memberikan penghargaan tertinggi kepada pemimpin atau tamu.
- Warisan Budaya: Menjaga nilai leluhur agar tidak hilang ditelan zaman.
Mombesara dalam Perspektif Sosial dan Politik
Dalam konteks sosial, Mombesara memperkuat rasa persaudaraan dan solidaritas. Dalam konteks politik, upacara ini pernah digunakan untuk memperkuat legitimasi kekuasaan raja atau kepala adat. Bahkan, di era kolonial, Belanda sering menghadiri upacara adat ini sebagai strategi diplomasi dengan masyarakat lokal.
Mombesara di Era Modern
- Festival Budaya
Saat ini, Mombesara kerap ditampilkan dalam Festival Budaya Sulawesi Tenggara atau perayaan HUT Kota Kendari. - Penyambutan Tamu Negara
Pemerintah Sulawesi Tenggara kadang mengadopsi tradisi ini untuk menyambut tamu resmi dari luar negeri atau tokoh nasional. - Pelestarian Identitas
Mombesara menjadi salah satu cara melestarikan identitas budaya Tolaki agar tidak hilang di tengah arus globalisasi.
Tantangan dalam Pelestarian Mombesara

- Modernisasi: Generasi muda cenderung lebih tertarik pada budaya populer ketimbang tradisi adat.
- Komersialisasi: Kadang upacara ini hanya dijadikan tontonan tanpa makna mendalam.
- Kurangnya Dokumentasi: Banyak detail adat yang hanya diketahui oleh tetua adat dan belum terdokumentasi secara baik.
Mombesara bukan sekadar upacara adat, tetapi sebuah identitas kolektif masyarakat Tolaki. Di dalamnya terkandung nilai persatuan, penghormatan, legitimasi kepemimpinan, dan keluhuran budaya. Meski menghadapi tantangan modernisasi, tradisi ini tetap menjadi warisan berharga yang harus dilestarikan.
Sebagai warisan budaya tak benda, Mombesara berperan penting dalam membangun karakter masyarakat Kendari yang berlandaskan pada adat, moral, dan persaudaraan.